Senin, 13 Oktober 2008

CONTOH ADVERTORIAL

LINTAS GENERASI SATELIT PALAPA

Jakarta, 23/1/2006. JIKA tidak ada aral melintang, satelit Telkom-2 tanggal 10 November mendatang akan diluncurkan dan siap menjadi “payung” komunikasi tidak saja di Tanah Air, tapi juga di beberapa kawasan Asia. Sejarah sekali membuktikan bahwa Indonesia unggul bukan saja dalam penguasaan teknologi telekomunikasi, tapi juga piawai dalam menyongsong abad informasi.
Tidak berlebihan jika konsultan sistem satelit Dr Arifin Nugroho menyebut peluncuran satelit Telkom-2 sebagai peristiwa yang ditunggu-tunggu banyak orang, terutama para operator seluler. Kalau tidak segera diluncurkan, kasihan para user-nya, kata Arifin kepada Media di Jakarta kemarin.
Saat ini Telkom mengoperasikan dua satelit, yaitu Palapa B4 dan Telkom-1 untuk memberikan layanan telephony trunking yang juga mencakup untuk sistem-sistem seluler, sekaligus berperan sebagai tulang punggung data dan internet di Indonesia, khususnya kawasan timur Indonesia. Arifin menyebut kedua satelit itu, terutama Palapa B4 benar-benar telah berfungsi dan bermanfaat 100%.
Guna menyatukan wilayah Indonesia yang terdiri dari 17.000 pulau -- pulau-pulau ini menyebar di sepanjang khatulistiwa -- satelit sebagai wahana atau payung untuk berkomunikasi memang menjadi satu-satunya pilihan.
Ratusan tahun silam, kerajaan-kerajaan yang pernah ada di bumi pertiwi punya visi dan misi yang sama, yaitu bagaimana menyatukan Nusantara. Namun impian itu tidak pernah terwujud secara nyata. Impian menyatukan Indonesia baru terwujud secara nilai setelah para pemuda pada 1928 mengungkapkan sumpahnya bertanah air, berbangsa, dan berbahasa Indonesia.
Semangat menyatukan Indonesia itu semakin sempurna tatkala bangsa ini di bawah kepemimpinan Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945. Sejak tahun itu, secara kebangsaan dan tekad dan cita-cita, kita memang telah bersatu.
Tapi bagaimana dengan anak bangsa ini yang berada nun jauh di 6.500 pulau yang menurut survei dihuni oleh sebagian dari 210 juta penduduk Indonesia dengan penyebaran yang tidak merata dan terdiri dari berbagai golongan etnik? Diakui atau tidak, kondisi demografis seperti itulah yang menghambat tekad kita untuk merasa bersatu.
Dilatarbelakangi kenyataan-kenyataan seperti itulah mengapa anak-anak bangsa yang punya komitmen tinggi menyatukan negeri ini dalam arti yang sesungguhnya berpikir perlunya Indonesia memiliki sistem komunikasi satelit.
Gagasan penggunaan sistem komunikasi satelit untuk diterapkan sebagai sistem komunikasi di Indonesia dicetuskan oleh Prof Dr Ing Iskanar Alisjahbana. Ide itu diungkapkan dalam pidatonya saat pakar di bidang telekomunikasi ini dikukuhkan sebagai guru besar di Institut Teknologi Bandung pada 14 September 1968.
Ide tersebut kemudian mendapat sambutan positif dari pemerintah. Maka proses untuk menjadikan satelit sebagai bagian dari sistem jaringan telekomunikasi nasional pun diwujudkan pada tahun 1969. Kurang dari 10 tahun, tepatnya pada 8 Juli 1976, satelit Palapa-A1 diluncurkan.
Tanggal dan tahun itu merupakan babak baru sejarah telekomunikasi di Indonesia. Sejak saat itu, komunikasi satelit menjadi tulang punggung transmisi telekomunikasi di Indonesia dengan kemampuan yang luar biasa, karena mampu mendistribusikan suara, gambar dan data komunikasi dengan jangkauan yang lebih luas. Dia ibarat burung elang yang matanya menatap tajam wilayah Nusantara.
Arifin Nugroho mengungkapkan, sejak awal, founding fathers republik ini memang perlu mendapat acungan jempol. Mereka terbukti bukan saja telah berhasil menerapkan konsep negara kesatuan dalam kehidupan sosial politik bangsa Indonesia, tapi juga berhasil melahirkan generasi penerus di tahun 1970-an yang berani memutuskan penggunaan wahana satelit sebagai komponen strategis dalam kehidupan sosial ekonomi dan politik bangsa.
Beberapa saat sesudah satelit Palapa-A1 diluncurkan, menurut Arifin, seluruh ibukota kabupaten di Indonesia sudah dapat menjangkau siaran televisi nasional. Dengan sistem single channel per carrier (SCPC) serta sistem pre assigned, katanya, seluruh ibukota provinsi dan kabupaten dengan cepat terhubung oleh sistem komunikasi satelit tersebut.
Fungsi tersebut, masih menurut Arifin, bahkan berlanjut hingga 20 tahun kemudian. Bahkan belakangan, Jumlah stasiun bumi yang terpasang pada sistem Palapa B (ada dua satelit) telah mencapai 20.000. Tak terbayangkan bahwa kemudahan-kemudahan kehidupan ekonomi, seperti perbankan, sangat amat tergantung kepada sistem satelit.
Menggunakan terminal kecil VSAT dan satelit, dunia perbankan dapat melakukan transaksi data lewat komputer-komputer jarak jauh yang juga terhubungkan dengan stasiun bumi. Kini transaksi data penerbangan dan perjalanan wisata, data kependudukan, data ekonomi, politik dan sosial, hampir semuanya sangat tergantung kepada keberadaan satelit, tegasnya.
Seperti telah dijelaskan di atas, saat ini Telkom mengoperasikan dua satelit, Palapa B4 dan Telkom-1. Ketua Asosiasi Sistem Satelit Indonesia Tonda Priyanto menjelaskan, satelit-satelit Telkom awalnya didesain untuk komunikasi domestik, karena sistem satelit itu memang ditujukan untuk mempersatukan Indonesia.
Namun dalam perkembangannya, satelit tersebut juga melayani untuk kepentingan pasar domestik dan regional. Oleh sebab itulah, kata Tonda, kapasitas dan daya transmisinya terus ditingkatkan, demikian pula cakupan daerahnya. Peningkatan daya tersebut merupakan upaya untuk mengurangi biaya setiap hubungan, termasuk biaya stasiun bumi dan juga untuk membuka pasar-pasar baru, katanya di Jakarta kemarin.
Tonda mengklasifikasikan sistem komunikasi lewat satelit di Indonesia ke dalam tiga generasi. Generasi pertama adalah Palapa-A1 yang diluncurkan pada 8 Juli 1976 yang pada saat itu berhasil diisi oleh lalu lintas dari 40 stasiun bumi yang tersebar di seluruh Indonesia.
Masuk dalam generasi pertama adalah Palapa-A2 yang diluncurkan pada 11 Maret 1977 yang diletakkan pada lokasi orbit 77 derajat bujur timur. Satelit yang diluncurkan dari Pusat Antariksa Kennedy di Tanjung Canaveral, Florida, AS ini merupakan cadangan dan siap dioperasikan apabila Palapa-A1 mengalami kegagalan, atau jika permintaan pasar tidak dapat lagi diakomodasikan oleh Palapa-A1.
Generasi kedua adalah Palapa-B yang daya cakup serta kemampuan teknisnya ditingkatkan. Apabila Palapa-A1 hanya ditujukan untuk wilayah Indonesia belaka, maka satelit generasi kedua ini dirancang agar mampu menjangkau kawasan ASEAN. Dalam hal kapasitas, Palapa B dibangun untuk memiliki 24 transponder, dua kali lipat dari Palapa A.
Masuk dalam generasi ini adalah Palapa-B1 yang diluncurkan pada bulan Juni 1983 dengan menggunakan Space Transportation System Challenger dan berhasil diletakkan di posisi orbit 180 derajat bujur timur.
Juga masuk dalam generasi ini adalah Pala-B2 yang gagal diluncurkan ke dalam orbit karena mengalami masalah dengan motor penyulut perigee. Belakangan Palapa-B2 diganti dengan Palapa-B2P yang diluncurkan pada 1987. Satelit ini disewakan kepada pihak ketiga, baik dari dalam maupun luar negeri.
Satelit Palapa-B2 akhirnya bisa diselamatkan melalui operasi khusus lewat proyek penerbangan pesawat ulang alik. Peluncuran ulang Palapa-B2 -- kemudian diberi nama B2R -- dilakukan pada 1990, sekaligus menggantikan Palapa-B1. Palapa-B1 kemudian dijual kepada PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN).
Seiring dengan perkembangan pasar, masih menurut Tonda, pada 1992 Telkom meluncurkan Palapa-B4 yang diletakkan di 188 derajat bujur timur untuk mengakomodasikan permintaan akan sirkuit satelit yang terus berkembang di kawasan ASEAN.
Sedangkan generasi ketiga adalah satelit Telkom-1 yang hingga kini masih berfungsi. Satelit generasi baru ini didesain secara khusus, sehingga kegunaannya multi-carrier. Dengan begitu kapasitasnya mampu mencapai dua kali lipat dari Palapa B2R, khusus untuk VSAT-VSAT kecepatan bit rendah.
Maka beralasan jika satelit Telkom-2 yang sebentar lagi diluncurkan, dilukiskan Arifin Nugroho sebagai peristiwa yang ditunggu banyak orang, terutama industri seluler. Bayangkan industri seluler di Indonesia sekarang ini pertumbuhannya demikian pesat, setiap tahun ada penambahan 10 juta pelanggan baru, katanya. (*)

Tidak ada komentar: